Telaga
sarangan merupakan nama dari salah satu telaga yang terletak di lereng gunung
lawu, yang tepatnya terletak di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa
Timur. Telaga yang diperkirakan memiliki luas 30 hektar dengan kedalaman 28
meter, dan suhu udara berkisar antara 18 hingga 25 derajat Celcius, itulah yang
membuat telaga Sarangan tidak pernah spi oleh pengunjung. Adapun jarak Telaga
Sarangan dengan kota Magetan sekitar 16 Km, tidak mengherankan apabila ini
dianggap sebagai salah satu wisata alam yang merupakan andalan kota magetan dan
sekitarnya.
Selain
itu kelebihan lain yang dimiliki oleh telaga sarangan, di sana telah tersedia
banyak sekali hotel dengan semua fasilitasnya yang bisa membuat penngunjung
lebih betah berada di sana. Di dalam objek wisata Telaga Sarangan para
wisatawan juga dapat menikmati jajanan khas kota Magetan seperti sate kelinci
yang bisa dinikmati sambil melihat pemandangan alam yang bisa membuat otak
menjadi lebih segar dengan pesonanya. Selain itu, hawa yang dingin serta
kabut-kabut yang senantiasa melintas menjadikan wisata semakin berkesan dan
menantang.
Akan
tetapi di balik pesona indahnya Telaga Sarangan ternyata menyimpan nilai
sejarah yang besar dan luar biasa, seperti yang kita ketahui setiap tempat yang
bernuansa sejarah tidak bisa terlepas
alan legenda dan mitos mengenai asal usul tempat tersebut. Begitu pula dengan
Telaga Sarangan yang juga pasti menyimpan leegenda bagaimana terjadinya dan
terbentuknya Telaga yang begitu mempesona tersebut.
Adapun legenda dari asal muasal Telaga
Sarangan sendiri adalah seperti di bawah ini:
"Disebuah
dusun di lereng Gunung Lawu hiduplah seorang petani bersama istrinya yang
bernama Kyai Jalilung dan Nyai Jalilung. Kesehariannya bercocok tanam di ladang.
Seperti biasa setiap hari Nyai Jalilung mengantarkan makanan untuk suaminya.
Pada
suatu hari saat Kyai Jalilung sedang mencangkul di ladang, ia menanti-nanti
istrinya yang tak kunjung datang padahal hari sudah beranjak siang. Karena
merasa lapar Kyai Jalilung pun mencari makanan yang bisa dimakan, dan akhirnya
menemukan sebutir telur di dekan pancuran air.
Oleh
Kyai Jalilung telur itupun dibakar dan dimakan, baru menyantap setengahnya ia
sudah merasa sangat kenyang. Tak lama kemudia datanglah Nyai Jalilung membawa
makanan. Kepada istrinya Kyai Jalilung menceritakan telah memakan separo telur
dan merasa sangat kenyang. Sang istri pun jadi penasaran dan ikut memakan yang
sisanya.
Saat
keduanya sudah memakan telur itu kejadian aneh pun menimpanya, keduanya merasa
panas lalu menceburkan diri di pancuran air. Seketika itu juga keduanya berubah
wujud menjadi ular naga. Karena besarnya ular naga, pancuran air yang awalnya
kecil berubah menjadi telaga yang sekarang dikenal dengan nama Telaga
Sarangan." Demikian dikisahkan oleh Mbah Supar Sastrodiharjo sesepuh adat
Telaga Sarangan." (tabloidpamor.com)
Begitu
lah sekilas mengenai legenda dari Telaga Sarangan yang semoga bisa menambah
wawasan kita, dan semoga dari artikel ini akan lebih banyak yang berkunjung ke
Telaga yang merupakan kebanggaan dari masyarakat Magetan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar