Penggunaan internet yang berlebihan mencapai presentase 52%
sangat jauh berbeda dengan yang kecanduan internet yang hanya mencapai 8% saja.
Walaupun masalah kecanduan internet hanya mencapai presentase yang sedikit,
tetapi melihat presentase penggunaan internet yang berlebihan mencapai 52%
perlu diperhatikan lagi permasalahan ini, karena kecanduan internet bermula
dari keasyikan kita berlama-lama menggunakan internet, lambat laun kita akan
merasa cemas dengan tidak bermain internet, dan lama-kelamaan akan menjadi
pecandu internet yang sulit lepas dari internet dan berdampak kurang baik dalam
aspek psikologis (neuroticism, extraversion, kecemasan sosial, kesepian
emosional, kesepian sosial, dukungan sosial, dan dukungan sosial internet).
Hal-hal tersebut meninmbulkan tekanan pada diri seseorang bentuk-bentuk
permasalahan tersebut menjadi motivasi remaja untuk menggunakan waktu dan
terjadi keterikatan diri terhadap game online yang memungkinkan antar pemain
dapat berinteraksi menambah peluang individu membangun relasi
melalui dunia virtual.
Internet sangat luas sehingga menemukan informasi yang Anda
butuhkan adalah seperti pergi pada berburu harta karun. Untungnya, ada alat
untuk memandu Anda dalam pencarian Anda. Salah satu alat ini adalah World Wide
Web. web membantu orang menemukan informasi di internet. Buktinya bahwa dengan
alat yang tepat dan keterampilan, Anda dapat menemukan hampir apa saja di
internet.
Mengenai dampak internet sebagai alat explorasi diri, para
Psikolog memandang hal tersebut tergantung dari pribadi si penggunanya. Tentu
internet akan bermanfaat jika mampu meningkatkan kehidupan seseorang, dan
sebaliknya menjadi penyakit jika membuat kacau kehidupan orang tersebut.
Pengaruh buruk akan terjadi jika internet digunakan sebagai sarana untuk
mengisolasi diri. Banyak orang tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri
terhadap komunikasi sosial entah karena keasikan ngebrowse atau karena internet
dipakai sebagai pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan dengan
kepribadiannya. Hal itu dapat terjadi karena ada individu yang menampilkan
kepribadian yang berbeda pada saat online dengan offline. Motivasi dibalik itu
tentu berbeda antara satu orang dengan yang lain. Permasalahan akan rumit jika
alasannya adalah karena individu tersebut tidak puas/suka terhadap dirinya sendiri
(mungkin karena rasa minder, malu, atau merasa tidak pantas), lantas
menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain sekali dari dirinya yang
asli. Seringkali ia lebih suka pada kepribadian hasil rekayasa yang baru karena
tampak ideal baginya. Padahal, menurut para Psikolog, hal ini tidak benar dan
tidak sehat. Mengapa demikian?
Michelle Weil, seorang Psikolog dan pengarang buku terkenal,
memberikan contoh konkrit tentang seorang gadis yang dijauhi oleh
teman-temannya lalu kemudian menghabiskan waktu untuk mojok berchatting ria
dengan menampilkan karakter yang sangat kontradiktif dengan karakter aslinya.
Akibatnya, lama kelamaan ia semakin jauh dengan kenyataaan sosial yang ada,
bahkan tidak bisa menerima diri apa adanya. Menurut pakar psikoanalisa terkenal
seperti Erich Fromm, kondisi demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang
berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih
lanjut menambahkan, bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian online yang
berbeda dengan yang asli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar