Jumat, 25 April 2014

Teori Kepribadian (Allport & Carl Rogers )

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Teori Kepribadian Allport
 
Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Dimana orang-orang yang neurotis terikat dan terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, berbeda dengan orang-orang yang sehat yang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Orang yang matang dan sehat juga akan terus menerus membutuhkan motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan energi-energinya. Pada tahap perkembangan manapun, setiap individu harus menemukan minat-minat dan impian-impian baru. Energi tersebut harus diarahkan pada setiap tahap agar mencapai suatu kepribadian yang sehat. Contohnya seorang remaja membutuhkan penyaluran-penyaluran atas energinya agar terhindar dari kepribadian  dibentuk. Orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan. 

Teori Kepribadian Rogers
Ø Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri.
Manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak- kanak. Rogers lebih memandang pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang dan juga akan mempengaruhi juga kepribadiannya, namun ia tetap fokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri (be myself) dan mengembangkan sifat serta potensi- potensi psikologis individu yang unik. Aktualisasi diri akan terbantu atau terhalang oleh pengalaman dan belajar khususnya dalam masa kanak- kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Saat mencapai usia tertentu (adolensi) individu akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, tentang pengalaman yang berhubungan dengan “aku” dan “aku dari yang bukan aku”. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri yang seungguhnya dan konsep diri yang ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut cocok atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaituIncongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual yang disertai dengan pertentangan dan kekacauan batin, sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan cermat dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.Pokok-pokok teori kepribadian sehat menurut Rogers :Konsepsi – konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah1. Organism , yaitu keseluruhan individu ( the total individual )(a) . Organisme bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya .(b) . Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu : mengaktualisasikan dan mengembangkan diri .2. Medan phenomenal , yaitu keseluruhan pengalaman ( the totality of experience ) , yangmemiliki sifat disadari atau tak disadari tergantung apakah pengalaman yang mendasarimedan phenomenal itu dilambangkan atau tidak .3. Self , yaitu bagian dari medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola – polaPenagamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me” . Self mempunyai macam – macam sSifat yaitu :(a) . Self berkembang dari interaksi organism dengan lingkungannya .(b) . Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatatinya dalam                            cara bentuk yang tidak wajar .(c) . Self mengejar ( menginginkan ) consistency ( keutuhan / kesatuan, keselarasan )(d) . Organism bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self .(e) . Pengalaman – pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagaiancaman .(f) . Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar .Menurut Rogers “ jalan yang paling baik untuk memahami tingkah laku ialah dengan melaluiinternal frame of reference orangnya sendiri “ . Rogers berpendapat bahwa self-report tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai kepribadian karena :1. Orang mungkin sadar akan kesalahan tingkah laku akan tetapi tak dapat menyatakannya          dalam kata – kata .2. Orang mungkin tidak menyadarinya .3. Orang mungkin menyadari pengalamannya dan dapat menyatakannya , tetapi dia tidak            mau berbuat demikian . Apabila dipaksakan member jawaban dia mungkin         memperdayakan .
A. Perkembangan kepribadian “self”Dalam masa kecil, anak mulai membedakan, atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain – lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self-concept). Dan self concept sangat dipengaruhi oleh peran sang ibuB. Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individuCara-cara khusus bagaimana anak itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu berkembang, anak itu juga belajar bagaimana membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “penghargaan positif” (positive regard).Positive regard,suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia; semua anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak semua anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Akan puas jika menerima cinta, kasih sayang, dan persetujuan dari orang lain. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.C. Ciri-ciri Orang yang Berfungsi SepenuhnyaLima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being): a. Keterbukaan pada pengalaman Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.b. Kehidupan Eksistensial Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiriPengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.d. Perasaan Bebas Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.e. Kreativitas Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Inti dari teori- teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah- masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Rogers menerima istilah self dari pengalaman- pengalaman realita masing- masing individu.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata -mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.yang tidak sehat. Energi itu harus menemukan jalan keluar, dan apabila energi tidak diungkapkan secara konstruktif maka mungkin energi akan dilepaskan secara destruktif. Dimana beberapa anak yang kekurangan tujuan-tujuan yang berarti dan konstruktif untuk menghabiskan energi mereka, menyebabkan masalah kenakalan. Dorongan yang bersifat konstruktif adalah sangat penting bagi orang-orang yang sehat secara psikologis. Orang-orang yang demikian mengejar secara aktif tujuan-tujuan, harapan-harapan, dan impian-impian, dan kehidupan mereka dibimbing oleh suatu perasaan akan maksud, dedikasi, dan komitmen. Pengejaran terhadap suatu tujuan tidak pernah berakhir; apabila suatu tujuan harus dibuang, maka suatu motif yang baru harus cepat.

Sumber : 
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian#Makna_kepribadian_menurut_pengertian_sehari-hari
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Materi%2008%20-%20TeoriKepribadianAllport.pdf
http://ademahesa12.blogspot.com/2013/05/definisi-kepribadian-menurut-rogers.html


Stress,,,, :(

Pokok Pembahasan :

  • . Pengertian stress
  •  Jenis - Jenis Coping Stress

Pengertian Stress


Di zaman saat ini sudah sering kali kita mendengar kata stress, bahkan sepertinya banyak orang yang sudah mengerti akan arti dari stress itu. Nah sekarang setidaknya mari kita ulas kembali apa utu stress??
Baiklah,,  Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. 
Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang 
menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Lazarus & Folkman 
(1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik 
dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial 
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk 
mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun 
psikologis ( Chapplin, 1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang 
digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau 
kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada 
organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. 
(McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997). 
 Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu: 
1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang 
menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor. 
2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang 
muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang 
muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah 
tersinggung. 
3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara 
aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi 
maupun afeksi. 
 Rice (2002) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus 
lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000) 
mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan 
membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut 
sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai 
respon stres. 
 Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stres 
merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan 
mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik 
fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, 
dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara 
individu yang satu dengan individu yang lain.

Coping

Individu dari semua umur mengalami stres dan mencoba untuk mengatasinya. 
Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stres menimbulkan 
ketidaknyaman, seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk 
mengurangi stres. Hal-hal yang dilakukan bagian dari coping (dalam Jusung, 
2006). 
 Menurut Colman (2001) coping adalah proses dimana seseorang mencoba 
untuk mengatur perbedaan yang diterima antara demands dan resources yang 
dinilai dalam suatu keadaan yang stressful. 
 Lazarus & Folkman (1986) mendefenisikan coping sebagai segala usaha untuk 
mengurangi stres, yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal 
maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan 
seseorang. Sarafino (2006) menambahkan bahwa coping adalah proses dimana 
individu melakukan usaha untuk mengatur (management) situasi yang 
dipersepsikan adanya kesenjangan antara usaha (demands) dan kemampuan 
(resources) yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stres. 
 Menurut Sarafino (2006) usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat 
membawa pada solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. 
Individu melakukan proses coping terhadap stres melalui proses transaksi dengan 
lingkungan, secara perilaku dan kognitif

Fungsi Coping
 Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang terlihat dari
bagaimana gaya menghadapi stres, yaitu :
1. Emotional-Focused Coping
Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional
terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral
maupun kognitif. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa
individu cenderung menggunakan Emotional-Focused Coping ketika individu
memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi.
2. Problem-Focused Coping,
Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau
memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus dan
Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan
Problem Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stressor
yang ada dapat diubah

Metode Coping Stress 
 Lazarus & Folkman (1986) mengidentifikasikan berbagai jenis strategi coping,
baik secara problem-focused maupun emotion-focused, antara lain:
1. Planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah situasi, dan
menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.
2. Confrontive coping yaitu menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi,
mencari penyebabnya dan mengalami resiko.
3. Seeking social support yaitu menggunakan usaha untuk mencari sumber
dukungan informasi, dukungan sosial dan dukungan emosional.
4. Accepting responsibility yaitu mengakui adanya peran diri sendiri dalam
masalah
5. Distancing yaitu menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian
lebih kepada hal yang dapat menciptakan suatu pandangan positif.
6. Escape-avoidance yaitu melakukan tingkah laku untuk lepas atau
menghindari.
7. Self-control yaitu menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan perasaan
diri sendiri.
8. Positive reappraisal yaitu menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal
positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menyangkut religiusitas.

 Faktor – faktor yang mempengaruhi Coping 
 Menurut Smet (1994) faktor-faktor tersebut adalah:
1. Variabel dalam kondisi individu; mencakup umur, tahap perkembangan, jenis
kelamin, temperamen, faktor genetik, intelegensi, pendidikan, suku,
kebudayaan, status ekonomi dan kondisi fisik. Handayani (dalam Pamangsah,
2000), dalam skripsi kesarjanaannya menambahkan pula faktor-faktor yang
berperan dalam strategi menghadapi masalah, antara lain: konflik dan stres
serta jenis pekerjaan.
2. karakteristik kepribadian, mencakup introvert-ekstrovert, stabilitas emosi 
secara umum, kepribadian “ketabahan” (hardiness), locus of control, 
kekebalan dan ketahanan. 
3. Variabel sosial-kognitif, mencakup: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan 
sosial, kontrol pribadi yang dirasakan. 
4. Hubungan dengan lingkungan sosial, dukungan sosial yang diterima, integrasi 
dalam jaringan sosial. 
5. Strategi coping, merupakan cara yang dilakukan individu dalam 
menyelesaikan masalah dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam 
situasi yang tidak menyenangkan. 

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24670/4/Chapter%20II.pdf